Minggu, 13 November 2011

BERKILAUAN di HARI PASARAN KLIWON PROJECT

Oleh : Alexander Waskito . P – Mahasiswa Kriya ISI Yogyakarta 2007

Kami selaku HMJ kriya ISI Yogyakarta, ingin mengadakan sebuah acara sekaligus pameran, Yang akan kami kemas dengan cara yang berbeda. Acara yang kami adakan ini diberi nama “Berkilauan di Hari Pasaran Kliwon Project”. Isi acara tersebut adalah Pameran kostum Nogo dino yang akan di display dalam bentuk performance oleh teman-teman HMJ Kriya. Lalu ada workshop daur ulang sampah, yang nantinya akan diarahkan menjadi bentuk produk yang dapat dijual, dan yang terkhir adalah acara bazaar barang-barang seni, kriya dan kerajinan.

Tema yang kami angkat dalam acara ini adalah Barkilau dihari Pasaran Kliwon , alasan mengapa tema ini yang kami angkat. Dikarenakan dari sebuah obrolan yang menarik tentang hari pasaran ( Nogo Dino). Ada lima hari pasaran yang dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat jawa. Nama hari pasaran tersebut adalah Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing.

Dari obrolan tersebut kami menemukan sesuatu dari konsep Nogo Dino. Kami menemukan bahwa konsep Nogo dino itu adalah sebuah “kitab” ilmu pengetahuan  yang diwariskan oleh nenek moyang untuk anak cucunya. Kitab tersebut tidak berbentuk buku, juga tidak berbentuk e-book. Tapi kitab ini adalah wujud kepekaan nenek moyang kita terhadap alam. Dan kitab ini berbentuk alam itu sendiri.
         
Orang jaman dahulu menjelaskan ilmu pengetahuan melalui fenomena dan bentuk alam. Orang dahulu meyakini bahwa buku dan kamus terlengkap itu ada di perpustakaan alam. Mungkin ini juga yang mendasari metode lisan lebih sering digunakan oleh  nenek moyang kita untuk menjelaskan esensi kehidupan, daripada metode tertulis ( buku). karena buku itu sudah berada di alam, dan yang harus dilatih adalah kepekaan akan pembacaan alam.
         
Salah satu contoh kepekaan dan teori pembacaan alam ini terdapat dalam konsep nogo Dino itu sendiri. Pon disimbolkan dengan unsur angin dan letak Pon berada di barat Yogyakarta, Kulon Progo. Wage disimbolkan dengan unsur api, letak Wage berada di utara yaitu gunung Merapi. Kliwon disimbolkan dengan unsure yang tak berbentuk ( sukma/ jiwa manusia) letak dari kliwon berada di Keraton Yogyakarta. Legi disimbolkan dengan unsur Tanah letak Legi berarada di timur yaitu Wonosari. Dan yang terakhir pahing disimbolkan dengan unsur Air, Pahing terletak di selatan Yogyakarta yaitu Parang Tritis.
         
Masyarakat Jawa menggunakan konsep  nogo dino ini juga untuk menentukan hari untuk berjualan. Serta digunakan juga dalam kalender. Untuk menentukan kelahiran seseorang ke dunia ini. Percaya atau tidak, orang yang lahir pada hari pasaran pon memiliki sifat seperti angin, lalu orang yang lahir pada hari wage memiliki sifat seperti api, kliwon memiliki sifat semua unsur legi memiliki sifat tanah dan pahing memiliki sifat seperti air.
         
Dalam konsep dasar orang jawa dikenal istilah SADULUR PAPAT LIMO PANCER,yaitu 4 saudara, yang kelima (Kliwon) menjadi pusatnya disebut juga INGSUN atau Sukma(jiwa manusia).  Dari istilah inilah kami memilih kliwon sebagai tema acara kami. Karena kliwon adalah sebagai penyeimbang semua unsur. Layaknya manusia yang bertugas menyeimbangkan alam raya, anugerah dari yang maha kuasa.
         
Karena kami sebagai manusia yang bertugas menyeimbangkan alam, sudah layak dan sepantasnya, kami bertugas untuk melestarikan alam. Salah satunya dengan karya kostume yang kami buat bersama-sama. Bahan utama dari kostum tersebut adalah sampah plastik, yang ditenun dengan menggunakan ATBM ( alat tenun bukan mesin). Yang nantinya diaplikaasikan dalam karya kostum.
         
Kenapa sampah plastik  yang kami gunakan sebagai bahan baku? Ini adalah salah satu bentuk perjuangan kami sebagai anak muda yang melihat kondisi sampah yang semakin tidak terkontrol, dan ironisnya ada bencana yang terjadi akibat menumpuknya sampah, yang akhirnya harus memakan korban. Kami bukan anak muda yang bebas atau secara radikal tidak menggunakan bahan-bahan plastik batre dsb. Kami juga anak-anak muda yang memproduksi sampah. Tapi kesadaran kami mengatakan bahwa kita harus menyeimbangkan antara pembuangan sampah dengan pendayagunaan sampah. 
         
Keseimbangan antara pembuangan sampah dan pendayagunaan sampah itu nantinya akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap keseimbangan alam. Seperti konsep nogo dino yang sudah dijabarkan diatas tadi. Kalau manusia lalai untuk menyeimbangkannya, maka “buku-buku” yang berada di perpustakaan alam akan musnah dan digantikan dengan “buku” yang baru. “Buku “ alam terbitan baru ini membutuhkan kepekaan yang baru juga dari manusia, kalau manusia tidak dapat membaca buku alam terbitan baru ini maka bukannya tidak mungkin manusia punah dari muka bumi ini.

Sayangnya kepekaan manusia-manusia jaman sekarang diuji dengan kondisi teknologi yang memaksakan diri untuk menjadi refrensi utama dalam kehidupan yang serba cepat dan menghasilkan duit ( Kami jamin, Kami tidak protes dalam hal tersebut, mendapatkan duit dengan cara cepat memang enak). Padahal teknologi yang kita agung-agungkan sekarang berefrensi pada alam. Dan akhrinya teknologi itu sendiri telah menjadi tembok pemisah dengan refrensi utama manusia.

Aplikasi dari bahan plastik  menjadi karya kostum, karena kita ingin menunjukkan bahwa sampah bisa dijadikan sesuatu yang berdayaguna dan memiliki nilai estetikanya sendiri. Dibutuhkan kecerdasan yang cukup besar untuk memberdayakan sampah. Itulah kebanggaan yang kami dapatkan dari mengelola sampah. Dan seandainya sampah-sampah ini dapat diberdayakan oeh masyarakat luas. Itu dapat membantu perekonomian masyarakat. Bayangkan saja, produk menarik berbahan sampah. Jelas hal itu sangat menguntungkan, karena sampah plastik, kaca, besi, sendri mudah dicari dan harganya murah.

Lalu kami menggunakan alat tenun sebagai alat perjuangan kami, untuk mencapai cita-cita Indonesia yang bebas sampah. Layaknya seorang pejuang tahun ’45 yang menggunakan bambu runcing. Layaknya Mahatma Gandhi yang menggunakan alat pemintal untuk membebaskan India dari penjajahan Inggris.

Acara ini akan menjadi menarik untuk public, karena acara ini dapat memperluas paradigma masyarakat tentang pemberdayaan sampah, yang dapat dijadikan benda yang bernilai estetis. Workshop daur ulang sampah ini menjadi sarana public untuk saling bertukar pikiran tentang pendayagunaan sampah. Kami berharap semoga masyarakat menjadi peka dan dapat melihat potensi bahan-bahan sampah bisa digunakan sebagai lapangan pekerjaan. Dan bukan hal yang tidak mungkin pemulung bisa jadi seorang wirausahawan yang ampuh karena sampah. Salam dari kami selamat jadi pemulung yang sukses.

Acara ini diselenggarakan oleh HMJ Kriya ISI Yogyakarta, dan acara ini merupakan salah satu rangkaian acara Bienneal Yogyakarta yang ke-11. Dalam acara nanti akan diikuti oleh 20 orang perfomer, diiringi music yang dimainkan oleh Ambyar Binangun berkolaborasi dengan Lunatica Band. Acara ini akan dibuka oleh Bapak Drs. Andang Suprihadi P, M.Sn selaku Dekan III Fak. Seni Rupa dan Drs Akhmad Zaenuri Selaku Ketua Jurusan Kriya. Penulis catalog Bapak Sudjud Dartanto Selaku Kurator dan dosen pembimbing Pameran.

Acara performance nogo dino kostume akan diselenggarakan pada tanggal 1-2 Desember 2011 di UPT Gallery ISI Yogyakarta jam 10.00 WIB s/d Selesai. Acara Workshop Daur ulang sampah akan diadakan pada tanggal 2-5 Desember 2011 di Studio Tenun jurusan Kriya ISI Yogyakarta jam 10.00 WIB s/d selesai. Tanggal 9-11 Desember 2011 akan diadakan Bazar tempat masih dalam konfirmasi.
Untuk Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi panita di no 085643972343 (Aziz) atau 087833057116 (Rozi). Bisa juga langsung mengunjungi blog kami di perompakhmjkriya-phk.blogspot.com. Terima kasih atas perhatiannya, jika ada salah-salah penulisan kami mohon maaf.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar